Makalah ASI




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya (JHPIEGO, 2002 dalam Wulandari, R, 2011).
Masa nifas tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan Brown, 1999 dalam Wulandari, R, 2011). Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Wulandari, R, 2011).
Definisi ASI-Eksklusif adalah pemberian hanya Air Susu Ibu (ASI) saja segera setelah melahirkan sampai usia 6 bulan. Pada usia ini, bayi masih dalam masa transisi untuk menyesuaikan konsumsi gizinya dari luar. Oleh karena itu selama 6 bulan penuh, diharapkan bayi hanya mendapatkan konsumsi dari makanan yang diproduksi dari dalam tubuh ibunya. Pemberian makanan lain selain ASI pada usia tersebut, dikhawatirkan akan terjadi gangguan kesehatan karena kondisi biologis bayi, terutama alat pencernaannya masih belum siap.
Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B biasanya asimptomatis, jarang yang disertai gejala sakit. Transmisi virus hepatitis B (HB) dari ibu penderita terjadi pada saat lahir karena paparan darah ibu. Bila ibu terbukti menderita hepatitis akut pada kehamilan trimester pertama dan kedua, risiko penularan pada bayinya kecil karena antigen dalam darah sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan antiHBs sudah muncul. Bila ibu terinfeksi virus HB pada kehamilan trimester akhir, kemungkinan bayi akan tertular adalah 50-70%. Penularan yang lain dapat terjadi melalui fekal oral (sangat jarang) dan ASI. Akan tetapi risiko tersebut dapat minimal apabila bayi diberikan HBIG dan vaksin hepatitis B.
Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu. Ibu perlu diobati secara adekuat dan diajarkan cara mencegah penularan kepada bayi yaitu dengan penggunaan masker. Walaupun sebagian obat anti tuberculosis tersebut akan terdapat di ASI, bayi tetap diberi INH dengan dosis penuh. Setelah 3 bulan pengobatan biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi maka bayi diuji mantoux, bila hasilnya negatif terapi INH dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG.
Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS sebanyak kurang lebih 20% sudah terinfeksi HIV melalui transmisi vertikal dan bila ibu menyusui, penularan melalui ASI akan bertambah sebanyak 14%. Oleh karena itu, dinegara maju dengan angka kematian dan kesakitan bayi yang tidak mendapat ASI sudah rendah, dianjurkan agar ibu tidak menyusui bayinya. Namun di negara dimana tidak memberikan ASI memberikan dampak morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi, maka dianjurkan agar ibu tetap memberikan ASI.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian ASI bagi bayi
2.      Bagaimana cara penyimpanan ASI
3.      Bagaimana cara penyimpanan ASI dengan metode botol hangat
4.      Bagaimana cara penyimpanan ASI di freezer
5.      Bagaimana penanggulangan ibu menyusui dengan Hepatitis B
6.      Bagaimana penanggulanagn ibu menyusui dengan penyakit paru
7.      Bagaimana penanggulangan ibu menyusui dengan penyakit HIV-AIDS
1.3  Tujuan
1.      Untuk dapat mengetahui kegunaan dari ASI untuk bayi
2.      Untuk dapat mengetahui cara penyimpanan ASI yang baik dan benar
3.      Untuk dapat mengetahui bagaimana dampak ibu menyusui dengan Hepatitis B, Paru, dan HIV-AIDS










BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Masa Nifas
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya (JHPIEGO, 2002 dalam Wulandari, R, 2011).
Masa nifas tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan Brown, 1999 dalam Wulandari, R, 2011). Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Wulandari, R, 2011).
Nifas dibagi dalam 3 periode (Wulandari, R, 2011):
a.       Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.      Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.
c.       Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan atau tahunan.
Masa post partum atau masa nifas sering dikenal juga dengan puerperium berasal dari kata puer yang berarti seorang anak dan parere yang berarti kembali ke semula yaitu masa enam minggu setelah persalinan ketika organ reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil (Puspita, 2013). Pada masa ini, seorang ibu akan mengalami adaptasi dari perubahan fisiologis dan psikologis.
2.2  ASI
Angka kesakitan bayi di Indonesia pada tahun 2009 akibat dari kurangnya pemberian ASI pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan mencapai 54% pada bayi usia dua sampai tiga bulan, sementara 19% pada bayi usia tujuh sampai sembilan bulan. Lebih memprihatinkan 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia dua sampai tiga bulan telah diberi makanan tambahan (Sentra Laktasi Indonesia, 2010).
ASI atau lebih tepat pemberian ASI secara adalah bayi yang hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim (Burns,2004). Pemberian ASI ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan, jika usia bayi sudah lebih dari 6 bulan, maka harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (lowdermilk & Perry, 2006)
Definisi ASI-Eksklusif adalah pemberian hanya Air Susu Ibu (ASI) saja segera setelah melahirkan sampai usia 6 bulan. Pada usia ini, bayi masih dalam masa transisi untuk menyesuaikan konsumsi gizinya dari luar. Oleh karena itu selama 6 bulan penuh, diharapkan bayi hanya mendapatkan konsumsi dari makanan yang diproduksi dari dalam tubuh ibunya. Pemberian makanan lain selain ASI pada usia tersebut, dikhawatirkan akan terjadi gangguan kesehatan karena kondisi biologis bayi, terutama alat pencernaannya masih belum siap.
Menyusui secara eksklusif
1.      Segera setelah lahir, dekap dan biarkan bayi menyusu dalam 1 jam pertama kelahiranya.
2.      Berikan ASI melalui payudara kiri dan kanan bergantian setiap kali menyusui.
3.      Jangan diberikan makanan lain sampai bayi berumur 6 bulan .
4.      Setelah bayi berumur 6 bulan , berikan makanan pendamping ASI . ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun.
5.      Ibu menyusui perlu minum dan makan lebih banyak dengan Menu Seimbang . 
2.3  Cara penyimpanan ASI
ASI perahan mungkin memiliki risiko lebih mudah terkontaminasi zat asing atau lebih mudah basi dibandingkan dengan ASI yang diberikan secara langsung dari payudara ibu. Oleh karena itu ASI perahan perlu diperlakukan dengan benar ketika disimpan. Saat menyimpan ASI menggunakan kulkas satu pintu, hindari menyimpan ASI di pintu kulkas. Karena kulkas yang terlalu sering di buka akan mempengaruhi suhu ASI. Simpan ASI dibagian dalam kulkas.
Cara menyimpan ASI dirumah
1.      ASI yang disimpan di udara kamar/luar akan tahan 6 – 8 jam pada suhu 26 derajat  celcius   atau lebih  rendah.
2.      ASI yang disimpan di dalam termos berisi es batu tahan 24 jam.
3.      ASI yang disimpan di lemari es  ditempat buah dibagian paling dalam dimana tempat yang terdingin tahan 2 – 3 x 24 jam .
4.      Menyimpan  Perahan  ASI yang disimpan di freezer yakni lemari es dengan satu pintu, tahan 2 minggu.
5.      ASI yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah sendiri tahan 3 bulan.
6.      ASI yang disimpan di deep freezer akan tahan selama 6 – 12 bulan .
Cara menyimpan ASI perah ditempat kerja
1.      Tempat penyimpanan ASI perah disarankan menggunakan botol kaca,karena lemak – lemak dalam ASI tidak akan banyak menempel. Selain itu botol kaca juga relative murah dan bisa digunakan berulang kali.
2.      Bila ASI perah di simpan dalam botol kaca, hendaknya botol  jangan diisi terlalu penuh, hal ini bisa menyebabkan botol pecah saat di simpan di dalam freezer. Maka isikan ASI perah kurang lebih ¾ Botol saja.
3.      Pastikan botol – botol yang akan digunakan untuk menyimpan ASI perah sudah di cuci bersih dengan sabun dan sebelum digunakan bilas dengan air panas.
4.      Simpan ASI perah ke dalam botol steril dan tutup rapat – rapat .Pastikan sekali lagi bahwa botol telah tertutup rapat  jangan  ada celah yang terbuka.
5.      Botol diberi label berupa jam,tanggal pemerahan dan nama untuk membedakan dengan ASI milik orang lain.
Keterangan :
1.      Sebelum  diminumkan dengan sendok atau gelas plastk, ASI  dapat  di hangatkan di dalam mangkok berisi air hangat. Jangan dihangatkan   diatas api karena beberapa zat kekebalan dan enzim dapat berkurang.
2.      Jangan merebus ASI perah atau menghangatkan ASI menggunakan     air  mendidih.
3.      Jangan membekukan kembali ASI perah yang sudah mencair
4.      Tidak ada alasan membuang ASI kecuali bayi menolak

2.3.1   Metode botol hangat
1.      Bersihkan botol besar yang memiliki diameter 3-4 cm pada mulutnya. Hangatkan botol tersebut dengan mengisi air hangat ke dalamnya. Isilah perlahan agar botol tersebut tidak pecah. Tunggulah beberapa menit dan tuangkan airnya keluar.
2.      Dinginkan mulut dan leher botol dengan air dingin yang bersih sehingga tidak melukai anda.
3.      Masuklah botol tersebut melalui mulutnya ke dalam puting susu anda sampai erat.
4.      Ketika ASI keluar perlahan, gunakan jari anda untuk mengendorkan botol tersebut dari payudara anda.
5.      Ulangi pada payudara yang lain.
6.      Setelah itu rendam diair yang hangat.
2.3.2   Penyimpanan di Freezer
1.      Botol kaca yang sudah berisi ASI diberi label berupa nama, jam dan tanggal pemerahan. Jangan lupa untuk menutup rapat botol setelah diisi dengan ASI.
2.      Sebaiknya jangan meletakkan botol ASI di pintu kulkas. Karena jika kulkas sering dibuka maka yang akan cepat mendapatkan pengaruh  perubahan suhu adalah makanan atau minuman yang berada di pintu kulkas. Perubahan suhu yang mendadak akan mempengaruhi kualitas ASI yang disimpan. Maka hendaknya simpan botol ASI di kulkas bagian dalam.
3.      Perhatikan pula tata letak antara ASI yang satu dengan yang lainnya. Hal ini untuk mempermudah pengambilan botol ASI ketika akan digunakan. Gunakanlah prinsip first in first out (FIFO) atau yang pertama masuk adalah yang pertama keluar. Jadi layaknya seperti antrean, tatalah botol berisi ASI perahan berurutan sesuai dengan waktu pemerahannya. Usahakan bahwa botol ASI yang lebih dahulu masuk diletakkan di bagian yang paling depan sehingga ibu dapat dengan mudah mengambilnya.
4.      Sebenarnya tidak ada keharusan bagi ibu untuk menghangatkan ASI yang hendak diberikan kepada buah hati. Semua ini tergantung dengan preferensi atau kesukaan si buah hati. Ada bayi yang hanya bisa menerima konsumsi ASI dalam keadaan suhu ruangan ada pula yang hanya bisa menerima ASI perahan dalam kondisi hangat dan ada pula juga bayi yang bisa menerima konsumsi ASI dalam kondisi suhu ruangan maupun hangat.
5.      Apabila ibu berkeinginan untuk menghilangkan suhu dingin ASI setelah keluar dari kulkas maka bisa dilakukan dengan mengaliri botol ASI dengan air bersuhu ruang kemudian aliran air secara perlahan diganti dengan air hangat. Atau bisa juga dilakukan dengan merendam botol ASI tersebut ke dalam wadah berisi air bersuhu ruangan kemudian secara perlahan mengganti air tersebut dengan air yang lebih hangat. Ingat ya ibu, jangan memberikan air hangat dengan tiba-tiba namun secara bertahap. 
6.      ASI yang disimpan di dalam kulkas dapat bertahan hingga 3 hari. Dalam kondisi yang sangat bersih ASI dapat bertahan hingga 8 hari. 
7.      Jika ingin dibekukan maka ASI terlebih dahulu disimpan di dalam kulkas semalam sebelumnya kemudian esoknya dipindahkan ke freezer. Apabila ibu ingin mencairkan ASI beku maka pindahkan terlebih dahulu ASI beku ke kulkas selama 12 jam. Setelah itu ASI bisa dihangatkan. Namun ASI yang sudah dicairkan tidak boleh dibekukan kembali.
2.4  Ibu nifas dengan Hepatitis B
           Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B biasanya asimptomatis, jarang yang disertai gejala sakit. Transmisi virus hepatitis B (HB) dari ibu penderita terjadi pada saat lahir karena paparan darah ibu. Bila ibu terbukti menderita hepatitis akut pada kehamilan trimester pertama dan kedua, risiko penularan pada bayinya kecil karena antigen dalam darah sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan antiHBs sudah muncul. Bila ibu terinfeksi virus HB pada kehamilan trimester akhir, kemungkinan bayi akan tertular adalah 50-70%. Penularan yang lain dapat terjadi melalui fekal oral (sangat jarang) dan ASI. Akan tetapi risiko tersebut dapat minimal apabila bayi diberikan HBIG dan vaksin hepatitis B.
Manifestasi Klinis :
1.   Banyak kasus infeksi hepatitis B tidak bergejala.
2.   Gejala yang timbul serupa dengan infeksi hepatitis A dan C tetapi mungkin lebih berat dan lebih mencakup keterlibatan kulit dan sendi.
3.   Gejala letargi, anoreksia dan malaise
4.   Gejala lain berupa artralgia atau lesi kulit berupa urtikaria, ruam purpura, makulopapular, akrodermatitis papular, sindrom Gianotti-Crosti
Tanda Hepatitis B
1.      Ikterus timbul setelah 6-8 minggu
2.      Hepatosplenomegali
3.      Limfadenopati
Penanganan
1.      Ibu yang menderita hepatitis akut selama hamil atau HBsAg positif dapat menularkan hepatitis B pada bayinya, untuk itu diperlukan pencegahan dengan:
Berikan dosis awal vaksin hepatitis B 0,5 mL IM dalam 12 jam setelah lahir dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 pada usia 1 dan 6 bulan.
2.      Bila tersedia, berikan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) 200 IU
3.      (0,5 mL) IM disuntikkan pada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir (paling lambat 48 jam setelah lahir).
4.      Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.
Apabila bayi menderita hepatitis B kongenital dapat diberikan lamivudin, tenofovir, atau adefovir, atau etanercept sesuai dengan petunjuk ahli penyakit infeksi.
Pemantauan
Pada bayi yang dilahirkan dari ibu penderita hepatitis B dan tidak mendapatkan penanganan yang adekuat perlu dilakukan pemeriksaan:
1.      HBsAg pada 1-2 bulan setelah lahir; bila positif perlu penanganan lebih lanjut, rujuk ke subbagian hepatologi.
2.      Anti HBs untuk melihat tingkat kekebalan bayi; bila positif bayi telah mendapat kekebalan dan terlindung dari infeksi.
Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap kejadian infeksi HB neonatal adalah dengan memberikan imunoprofilaksis.

2.5  Ibu nifas dengan Paru ( TB )
Pengembangan enam bulan ASI eksklusif bagi ibu dengan penderita TB sangat membutuhkan dukungan dari keluarga maupun tenaga kesehatan. Artinya pengembangan ASI eksklusif enam bulan pada ibu menyusui penderita TB paru memiliki efek ganda, yaitu secara ekonomi akan menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan status gizi bayinya.
Untuk mencapai target Milliennium Development Goal (MDG)tahun 2015, WHO merencanakan strategi baru yang disebut Strategi Stop TB, untuk menjangkau semua pasien, dan mengintensifkan pengendalian TB pasca DOTS.
Salah satu strategi nasional adalah melibatkan pasien TB dan komuitas dalam pengendalian TB. Khusus bagi ibu menyusui bagi ibu menyusui yang sedang menderita penyakit tropis seperti tuberculosis tidak perlu khawatir tentang kualitas keamanan ASI.
Ada beberapa teknik managemen laktasi ASI secara eklusif bagi ibu menyusui yang sedang menderita penyakit tropis seperti tuberculosis (TB) paru, yaitu :
1.      Memberikan perhatian khusus pada kebutuhan bayi, terutama dalam program ketahanan pangan sehingga sejalan dengan konvesi hak-hak bayi yaitu memperoleh ASI secara eksklusif selama enam bulan.
2.      Memberikan kontribusi khusus kepada ibu menyusui baik yang sehat maupun yang sedang menderita penyakit tropis khususnya tuberculosis untuk tetap sapat menjamin kebutuhan gizi bayinya.
3.      Pada tahun kedua dan seterusnya, selain ASI bayi juga mendapat MP-ASI, namun keunggulan ASI masih tetap diperoleh, yaitu ASI merupakan sumber protein yang melengkapi serealia dan makanan lainnya dalam MP-ASI.
4.      Kolostrum, susu pertama yang dikeluarkan oleh ibu bersalin memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir karena mengandung anti virus, anti bakteri, memperkuat daya tahan byi dan merupakan sumber vitamin A. dengan demikian bayi yang mendapat ASI eksklusif enam bulan akan memiliki daya tahan tubuh yang tinggi. Oleh karena itu ASI sekaligus berfungsi sebagai immunisasi pertama bagi bayi usia kurang dari tujuh hari balum kuat menerima suntikan imunisasi.
5.      Bayi yang mendapat ASI eksklusif enam bulan akan memiliki risiko terkena infeksi infeksi lebih rendah.
6.      Bayi yang mendapat ASI secara eklusif selama enam bulan akan dapat terbebas dari penyakit atopic termasuk atopic eksim, alergi terhadap makanan, dan alegi pernafasan (Asma) pada bayi. Selanjutnya bayi akan terbebas dari target organ dari penyakit alergi.
7.      Bayi premature yang mendapat ASI ekslusif enam bulan dan masih dilanjutkan hingga usia dua tahun akan mempunyai skor IQ lebih tinggi pada usia 7-8 tahun dibandingkan dengan bayi yang mendapat MP-ASI / makanan buatan lebih awal.
2.6  Ibu nifas dengan HIV-AIDS
Sebenarnya ibu dengan HIV positif kurang begitu subur. Penelitian di Uganda dan beberapa negara maju menunjukkan bahwa infeksi HIV pada perempuan menurunkan fertilitas6. Namun karena kelompok umur yang terinfeksi HIV sebagian besar adalah usia subur maka kehamilan pada wanita HIV positif merupakan masalah nyata. Transmisi HIV dari ibu dengan HIV positif ke bayi disebut transmisi vertikal dapat terjadi melalui plasenta pada waktu hamil (intrauterin), waktu bersalin (intrapartum) dan pasca natal melalui air susu ibu (ASI).
Mekanisme transmisi melalui ASI. HIV-1 berada di dalam ASI dalam bentuk terikat dalam sel atau virus bebas, namun belum diketahui bentuk mana yang ditularkan ke bayi. Beberapa penelitian yang perlu dikonformasi lagi oleh karena hanya melibatkan kasus yang tidak banyak memperlihatkan bahwa  prevalensi dan konsentrasi DNA HIV-1 tertinggi pada 6 bulan pertama. Beberapa zat antibodi yang terdapat di dalam ASI dapat bekerja protektif terhadap penularan melalui ASI seperti laktoferin, secretory leukocyte protease inhibitor. Status vitamin A pada ibu juga penting karena terbukti laju penularan lebih tinggi pada ibu dengan defisiensi vit A.
Risiko transmisi vertikal
Risiko transmisi vertikal bergantung pada beberapa factor :
1.      Usia kehamilan. Transmisi vertikal jarang terjadi pada waktu ibu hamil muda, karena plasenta merupakan barier yang dapat melindungi janin dari infeksi pada ibu. Transmisi terbesar terjadi pada waktu hamil tua dan waktu persalinan.
2.      Beban virus di dalam darah.
3.      Kondisi kesehatan ibu.
4.      Stadium dan progresivitas penyaklit ibu, ada tidaknya komplikasi, kebiasaan merokok,  penggunaan obat-obat terlarang dan defisiensi vitamin A.
5.      Faktor yang berhubungan dengan persalinan; seperti masa kehamilan, lamanya ketuban pecah, dan cara persalinan bayi baru lahir.
6.      Pemberian profilaksis obat antiretroviral
7.      Pemberian ASI

Pencegahan transmisi vertical
1.      Pencegahan primer
Pendekatan yang paling efektif untuk mencegah transmisi vertikal adalah pencegahan pada wanita usia subur. Konseling sukarela, rahasia, dan pemeriksaan darah adalah cara mendeteksi pengidap HIV secara dini.
2.      Pencegahan  sekunder
a.       Pemberian antiretrovirus secara profilaksis
Pada tahun 1994 dapat dibuktikan bahwa pemberian obat tunggal zidovudine sejak kehamilan 14 minggu, selama persalinan dan dilanjutkan 6 minggu kepada bayi dapat menurunkan transmisi vertikal sebanyak 2/ 3 kasus.Akhir-akhir ini telah terbukti bahwa pemberian profilaksis zidovudine  dalam jangka waktu lebih singkat cukup efektif asalkan bayi tidak diberikan ASI, oleh karena obat tersebut tidak dapat mencegah transmisi melalui ASI. Saat ini penelitian  mem- buktikan bahwa pemberian satu kali Nevirapine pada saat persalinan kepada ibu dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian satu kali pada bayi pada usia 48-72 jam setelah lahir dapat menurunkan transmisi vertikal sebanyak 50% bila dibandingkan dengan pemberian zidovudine oral waktu intrapartum dan pada bayi selama satu minggu. Kombinasi  dua obat  anti- retroviral atau lebih ternyata sangat mengurangi transmisi vertikal apalagi bila dikombinasi dengan persalinan melalui seksio sesaria serta tidak mem- berikan ASI. Efek samping penggunaan antiretroviral ini masih dalam penelitian.
b.      Persalinan  dengan seksio sesaria
Suatu meta-analisis pada 15 buah penelitian yang melibatkan 7800 pasangan ibu anak membuktikan bahwa bayi yang dilahirkan secara seksio sesaria yang dilakukan sebelum ketuban pecah mempunyai kejadian transmisi vertikal jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan kelahiran per vaginam. Sebuah penelitian klinik yang dilakukan dengan randomisasi membuktikan bahwa pada bayi yang dilahirkan dengan cara seksio sesaria transmisi vertikal HIV adalah 1.8%  sedangkan yang lahir per vaginam transmisi vertikal  adalah 10,6 %.

Tata laksana :
1.      Pengobatan antiretroviral
Sampai sekarang belum ada obat antiretroviral yang dapat menyembuhkan infeksi HIV, obat yang ada hanya dapat memperpanjang kehidupan. Obatantiretroviral yang dipakai pada bayi/anak adalah Zidovudine.Obat tersebut diberikan bila sudah terdapat gejala seperti infeksi oportunistik, sepsis, gagal tumbuh, ensefalopati progresif, jumlah trombosit < 75.000 / mm3 selama 2 minggu, atau terdapat penurunan status imunologis.
2.      Pemberian makanan
Telah diketahui bahwa ASI mengandung virus HIV dan transmisi melalui ASI adalah sebanyak 15 %. Kemungkinan transmisi vertikal intrapartum dapat diturunkan sampai 2-4% dengan menggunakan cara pencegahan seperti pemberian antiretrovirus, per- salinan secara seksio sesaria, maka sebaiknya bayi tidak mendapat ASI. Namun perlu dipertimbangkan bahwa pemberian pengganti ASI jangan berdampak lebih buruk.
Perlu dipertimbangkan juga biaya penga- daan makanan pengganti ini. Bila bayi tidak mendapat ASI maka susu formula yang dibutuhkan adalah: untuk 6 bulan pertama bayi membutuhkan sekitar 92 liter atau 20 kg susu. Pada usia antara 6 –12 bulan apabila makanan bayi masih 1/2 diperoleh dari susu dan pada usia 12-24 bulan masih 1/3 diperoleh dari susu maka antara 6-24 bulan susu formula yang dibutuhkan adalah 255 liter atau 43 kg. Jadi dari 0 sampai 24 bulan dibutuhkan sekitar 63 kg susu formula25. Biaya tersebut cukup besar. Belum lagi biaya untuk air bersih dan bahan bakar dan biaya untuk perawatan kesehatan oleh karena bayi yang tidak mendapat ASI lebih sering sakit. Makanan yang dibuat sendiri akan lebih murah seperti yang dilaksanakan di Bangladesh biaya formula yang dibuat di rumah hanya 60% dari biaya susu kaleng.25 .Maka apabila  ibu bukan pengidap HIV/AIDS atau statusnya tidak diketahui maka ibu tetap dianjurkan untuk memberikan ASI.
Apabila ibu diketahui mengidap HIV/AIDS terdapat beberapa alternatif yang dapat diberikan  dan setiap keputusan ibu setelah mendapat penjelasan perlu didukung.
a.       Bila ibu memilih tidak memberikan ASI maka ibu diajarkan memberikan makanan alternatif yang baik dengan cara  yang benar, misalnya pemberian dengan cangkir jauh lebih baik dibandingkan dengan pemberian melalui botol. Di negara berkembang sewajarnya makanan alternatif ini disediakan secara cuma-cuma untuk paling kurang 6 bulan.
b.      Bila ibu memilih memberikan ASI walaupun sudah dijelaskan kemungkinan yang terjadi,  maka dianjurkan untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 3-4 bulan kemudian menghentikan ASI dan bayi diberikan makanan alternatif. Perlu diusahakan agar puting jangan sampai luka karena virus HIV dapat menular  melalui luka. Jangan pula diberikan ASI bersama susu formula karena susu formula akan menyebabkan luka di dinding usus yang menyebabkan virus dalam ASI lebih mudah masuk.
c.       Imunisasi
Beberapa peneliti menyatakan bahwa bayi yang tertular HIV melalui transmisi vertikal masih mempunyai kemampuan untuk memberi respons imun terhadapvaksinasi sampai umur 1-2 tahun. Oleh karena itu di negara-negara berkembang tetap dianjurkan untuk memberikan vaksinasi rutin pada bayi yang terinfeksi HIV melalui transmisi vertikal. Namun dianjurakan untuk tidak memberikan imunisasi dengan vaksin hidup misalnya BCG, polio, campak. Untuk imunisasi polio OPV (oral polio vaccine) dapat digantikan dengan IPV  (inactivated polio vaccine) yang bukan merupakan vaksin hidup. Imunisasi  Campak  juga masih dianjurkan oleh karena akibat yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah pada pasien ini lebih besar daripada efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin campak.
d.      Dukungan psikologis
Selain pemberian nutrisi yang baik bayi memerlukan kasih sayang yang kadang-kadang kurang  bila bayi tidak disusukan ibunya. Perawatan anak seperti pada anak lain. Hindari jangan sampai terluka. Bilamana sampai terluka  rawat lukanya sedemikian dengan mengusahakan agar si penolong terhindar dari penularan melalui darah. Pakai sarung tangan dari latex dan tutup luka dengan menggunakan verban. Darah yang tercecer di lantai dapat dibersihkan dengan larutan desinfektans. Popok dapat direndam dengan deterjen. Perlu mendapat dukungan ibu, sebab ibu dapat mengalami stres karena penyakitnya sendiri maupun infeksi berulang yang diderita anaknya.

Kesimpulan :
1.      Neonatus dapat tertular HIV melalui transmisi vertikal sewaktu intranatal, intrapartum atau melalui ASI.
2.      Transmisi vertikal dapat sangat dikurangi  dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu, persalinan melalui seksio sesaria dan pencucian jalan lahir.
3.      Diagnosis dengan PCR dapat memastikan penularan pada usia  8 minggu.
4.      Tatalaksana adalah seperti bayi yang tidak tertulardengan dukungan suportif berupa makanan bergizi dan pemberian imunisasi rutin.
5.      Pemberian ASI tidak dianjurkan. Pengganti ASI ini harus diberikan secara gratis selama paling kurang 6 bulan. Namun apabila ibu tetap ingin memberikan ASI walaupun sudah dijelaskan sebelumnya tentang risikonya, ASI harus diberikan secara eksklusif selama 3-4 bulan saja.
6.      Pemantauan dilakukan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pemeriksaan darah (hemoglobin, CD4, trombosit dan sebagainya).
7.      Bila timbul gejala segera diobati dengan obat antiretroviral.
8.      Prognosis sampai saat ini masih kurang baik.














BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
1.      Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya (JHPIEGO, 2002 dalam Wulandari, R, 2011).
2.      Masa nifas tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan Brown, 1999 dalam Wulandari, R, 2011). Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Wulandari, R, 2011).
Definisi ASI-Eksklusif adalah pemberian hanya Air Susu Ibu (ASI) saja segera setelah melahirkan sampai usia 6 bulan. Pada usia ini, bayi masih dalam masa transisi untuk menyesuaikan konsumsi gizinya dari luar. Oleh karena itu selama 6 bulan penuh, diharapkan bayi hanya mendapatkan konsumsi dari makanan yang diproduksi dari dalam tubuh ibunya. Pemberian makanan lain selain ASI pada usia tersebut, dikhawatirkan akan terjadi gangguan kesehatan karena kondisi biologis bayi, terutama alat pencernaannya masih belum siap.
Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B biasanya asimptomatis, jarang yang disertai gejala sakit. Transmisi virus hepatitis B (HB) dari ibu penderita terjadi pada saat lahir karena paparan darah ibu. Bila ibu terbukti menderita hepatitis akut pada kehamilan trimester pertama dan kedua, risiko penularan pada bayinya kecil karena antigen dalam darah sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan antiHBs sudah muncul. Bila ibu terinfeksi virus HB pada kehamilan trimester akhir, kemungkinan bayi akan tertular adalah 50-70%. Penularan yang lain dapat terjadi melalui fekal oral (sangat jarang) dan ASI. Akan tetapi risiko tersebut dapat minimal apabila bayi diberikan HBIG dan vaksin hepatitis B.
Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu. Ibu perlu diobati secara adekuat dan diajarkan cara mencegah penularan kepada bayi yaitu dengan penggunaan masker. Walaupun sebagian obat anti tuberculosis tersebut akan terdapat di ASI, bayi tetap diberi INH dengan dosis penuh. Setelah 3 bulan pengobatan biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi maka bayi diuji mantoux, bila hasilnya negatif terapi INH dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG.
Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS sebanyak kurang lebih 20% sudah terinfeksi HIV melalui transmisi vertikal dan bila ibu menyusui, penularan melalui ASI akan bertambah sebanyak 14%. Oleh karena itu, dinegara maju dengan angka kematian dan kesakitan bayi yang tidak mendapat ASI sudah rendah, dianjurkan agar ibu tidak menyusui bayinya. Namun di negara dimana tidak memberikan ASI memberikan dampak morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi, maka dianjurkan agar ibu tetap memberikan ASI.
1.      Neonatus dapat tertular HIV melalui transmisi vertikal sewaktu intranatal, intrapartum atau melalui ASI.
2.      Transmisi vertikal dapat sangat dikurangi  dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu, persalinan melalui seksio sesaria dan pencucian jalan lahir.
3.      Diagnosis dengan PCR dapat memastikan penularan pada usia  8 minggu.
4.      Tatalaksana adalah seperti bayi yang tidak tertular dengan dukungan suportif berupa makanan bergizi dan pemberian imunisasi rutin.
5.      Pemberian ASI tidak dianjurkan. Pengganti ASI ini harus diberikan secara gratis selama paling kurang 6 bulan. Namun apabila ibu tetap ingin memberikan ASI walaupun sudah dijelaskan sebelumnya tentang risikonya, ASI harus diberikan secara eksklusif selama 3-4 bulan saja.
6.      Pemantauan dilakukan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pemeriksaan darah (hemoglobin, CD4, trombosit dan sebagainya).
7.      Bila timbul gejala segera diobati dengan obat antiretroviral.
8.      Prognosis sampai saat ini masih kurang baik.
3.2    Saran
Sebagai karya manusia yang tidak pernah luput dari kekurangan, makalah ini tetap memerlukan kritik dan masukan dari pembaca, khususnya dosen. Kami sangat me mnantikan hal ini untuk mencapai penyempurnaan tulisan dikemudian hari.












♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚♚





Komentar

Postingan Populer